حضرة الشيخ الحاج مس عبد الرحمن بن الجمل الجناكوي المنيسي
KH. Mas Abdurrahman
Kiyai Mas Abdurrahman yang lahir di Janaka pada tahun 1875. Ayahnya merupakan keturunan dua tokoh legendaries muslim lokal yang pertama masuk Islam di Banten , yakni KiJong dan Ki Jon. Karena garis keturunanannya itu, Abdurahman berhak memproleh gelar ‘Mas’ pada namanya. Kakek beliau adalah seorang staff di Kesultanan Banten dan sempat pindah ke ibu kota ketika Belanda mencaplok kesultanan pada abad ke-19, walau akhirnya ia kembali tinggal di sebuah kampung kecil dekat kaki Gunung Haseupan yakni kampung Janaka tempat Abdurahman di lahirkan. Dalam beberapa bukunya, Abdurahman memasukan nama kampungnya dalam bahasa Arab kepada namanya; Al-Janakawi sebagai bentuk keaslian identitas daerah kelahirannya.
Lanjutan
Seperti halnya guru agama lainnya di Banten, Mas Abdurrahman memproleh pendidikan Islam mulanya dari bimbingan ayahnya. Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan pesantren di Kiyai Shohib Kadu Pinang, lalu, megikuti pendidikan baca Al-qur’an di pesantren Kyai Ma’mun di Serang yang terkenal dengan pesantren seni baca Qur’an (qira’a). Selanjutnya, ia berangkat ke Jawa Tengah untuk memperdalam ilmu tentang Al-Qur’an di Pesantren Kiayi Afif di Sarang, dan ia memproleh pendidikan sufi dan tarekat di bawah bimbingan Kiyai Tb. Bachri di Purwakarta-Jawa Barat.
Pada tahun 1903, ayahnya wafat ketika melaksanakan ibadah Haji. Dua tahun setelah kematian bapaknya, Abdurahman berangkat ke Mekkah untuk mengenang ayahnya dan belajar tentang beragam ilmu tentang Islam seperti dari Syekh Ahmad Chatib dari Minagkabau dan Syekh Mahfud dari Termas. Ketika di Mekkah, Abdurrahman berkenalan dengan beberapa tokoh agama Islam pendahulunya, seperti Tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU); Syeikh Hasyim Asy’ari. Kedekatannya dengan Hasyim Asy’ari semakin kental ketika ia memutuskan untuk keluar dari Sarekat Islam (SI) dan membicarakan untuk kerjasama dengan NU pada tahun 1928.
Pada tahun 1915, Abdurrahman kembali ke Menes dan menikahi salah satu anak perempuan TB Sholeh yakni Enong. Namun pernikahan pertamanya tidak berjalan lama karena istrinya menigggal beberapa tahun kemudian setelah menikah ketika beliau melaksanakan ibadah Haji. Selanjutnya, ia menikah kembali dengan tiga orang istri yakni Menot Aminah, Ijot Khodijah, dan Enjoh. Dari ketiga istrinya tersebut, ia dikaruniai lima belas orang anak yakni Emed, Muhammad Habri atau Abeh, Hamid, Enong, Eno, Adung Abdurrahman, Mariah, Bayi, Khalid, Muslim, Muslimah, Muhammad Nahid, Zahriah, Zahra, Munjiah. Bila dibanding dengan anak Entol Yasin dan Tb. Sholeh, anak Abdurrahman lebih berperan dominan di Mathla’ul Anwar. Misalnya, Muslim ditunjuk sebagai Ketua Umum Pengurus Besar organisasi (Mathla’ul Anwar) dari tahun 1973-1974. Selama kepemimpinan Muslim, Mathla’ul Anwar dibentuk menjadi organisasi yang kuat akan doktrin-doktrin Islam (puritan) dan mengedepankan pendekatan politik yang radikal. Sementara Kholid dan Nahid menempati pimpinan perguruan pusat di Menes dari tahu 1974 -1977 dan dari 1985 – 1986.
Diantara para pendiri Mathla’ul Anwar, Abdurrahman merupakan sosok yang paling banyak Karyanya/Buku/Kitab. Selama hidupnya, ia telah menerbitkan beberapa kitab, diantaranya Al-Jawa’izFi ‘Ahkam Al-Jana’iz, yakni Kitab tentang pengelolaan jenazah, ‘Ilm al Tajwid, yakni kitab yang mepelajari tentang aturan baca Qur’an, Al-Takhfif; metode mudah belajar bahasa arab, Nahwu Al jamaliyya; kitab yang mempelajari tentang tata bahasa Arab yang disusun oleh anak Jamal., Edisi kecilnya seperti, Al-Ajrumiyya yang disusun oleh Sanhaji dan telah tersebar luas dipergunakan sebagai rujukan dasar tata bahasa Arab di Indonesia, MiftahBabAlsalam; kitab tentang hukum Islam, dan FiArkan Al ImanWal Islam ;yakni kitab tentang Tauhid. Buku-buku tersebut ditulis dalam bahasa Arab Malay (Jawi) dan pengantar bahasa Sunda. Kecuali Al Jawa’izFiAhkam Al Jana’iz, buku tersebut telah dipersiapkan sebagai rujukan utama pelajaran agama Islam di Madrasah-madrasah Mathla’ul Anwar. Abdurahman wafat pada usia yang ke 68 pada tahun 1943.
Kitab-Kitab karya
Hadratus Syeih KH. Mas Abdurohman
1.al-Jawaiz Fi Ahkami al-Janaiz 2.Al-Jamaliyah ‘ala Matan Al Jurumiyah 3.Takhfif 4.Dua Risalah Miftahu babus salam fi arkanil Iman wal Islam Siqoyatul ‘athsyaan fi Tajwidil Qur’an 5.Mandumat 6.Kitab al-Sholat 7.Kumpulan Lima Khutbah
Referensi
1.Al-Qur’an 2.Al-Hadits 3.Mukhtashor Tadzkiroh al-Qurthubi 4.Al-Adzkar; Imam Nawawi 5.Tanqih al-Qoul; Syaikh Nawawi Banten 6.Tuhfah 7.Anwar al-Qudsiyah 8.Hasyiyah tuhfah 9.Fathul Muin, Zainuddin bin Abdul Aziz 10.Tarsyih al-Mustafidin fi Syarh Fathul Muin 11.Fathul Wahab, Zakariya al-Ansori 12.Dar al-Mukhtar, Ibnu Abidin (Fiqh Hanafi) 13.Irsyadul Ibad 14.Fathul Bari 15.Hilyah al-Auliya, Abu Nuim al-Asfihani 16.Al-Jami’ al-Shogir
FIQIH
Fiqh KH. Mas Abdurohman mempunyai karakter
المحافظة على قديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح Berani dan tegas terhadap ritual dan kebiasaan masyarakat yang salah, dan mengakomodir tradisi yang tidak bertentangan dengan syariat.
MADZHAB
Pengikut madzhab Syafi’i, karena: Pernyataannya “Dalam madzhab kita” (Syafi’i) sebagian besar daftar pustaka yang dipergunakan fiqih Syafi’iyah, (lihat referensi Jawaiz) guru-guru, seperti KH. Ma’mun Serang Mufti Mekah (Syekh Zaini Dahlan).
Kendati demikian Belai tetap mengakomodir ke empat madzhab, bahkan sewaktu-waktu mengutip dan mengikuti madzhab Hanafi.
TAKLID (FIQH)
Membolehkan taklid kepada satu imam madzhab (alim) Boleh taklid kepada satu imam dan boleh pula taklid kepada imam yang lain dalam hal pada satu rangkaian dan tidak dikatakan talfik
USHUL FIQH
Ushul fiqh KH. Mas Abdurohman bercorak Mutakalimin (Thoriqotul Mutakalimin).
Selain pengikut madzhab Syafi’I, beliapun menggunkan metode al-Jam’u wa al-Tawafuk (Menggabungkan dua dalil). Nampak jelas ketika beliau mengahadapi dua dalil yang secara dohir bertentangan dengan metode Takhsisul ‘Am bagian dari al-Jam’u wa Tawafuk yang menjadi karakteristik Thoriqotul Mutakalimin. Lihat al-Jawaiz hal.43.
ILMU KALAM
KH. Mas Abdurohman beraliran Asy’ariyah, dengan mengajarkan Sifat Wajib bagi 20, mustahil, 20, Jaiz 1, Wajib bagi Rosul 4, Mustahil, 4, Jaiz 1. hal ini terlihat jelas dalam kitabnya yang berjudul dua Risalah atau lebih dikenal dengan Aqoid. Kitab tersebut sepertinya ringkasan dari kitab Sanusiyah (karya; Abdullah Muhammad bin Yusuf al-Sanusi) yang merupakan kitab wajib di Mathla’ul Anwar. Bahkan, seluruh siswa MA membaca Nadhom Abdu bismilahi sebulu pelajaran dimulai. (abdu bis merupakan ajaran tauhid Asyariyah yang berbentuk nadhom/Syair)
TASAWUF
Tasawuf terbagi kepada dua macam; Tasawuf Nadhori dan tasawuf ‘amaly. KH. Mas Abdurohman merupakan memilih tasawuf amaly, seperti yang terlihat dalam kitabnya al-Mandumat yang mengajarkan akhlak dan etika. Beliau menuliskan beberapa do’a-do’a baik yang wirid dari nabi, maupun mujarabat dari ulama, atau bersumber dari nabi dari melalu mimpi para arifin. Referensi tasawuf yang dipergunakan di antaranya Hilyatul Auliya (Abu Nuim al-Asfihani), dan Irsyadul Ibad
TAREKAT
Belum diketahui jelas, hanya saja dapat ditelurusi dari warga Mathla’ul Anwar yang suka membaca membaca kitab Dalail al-Khoirot () merupakan kitab bacaan tarekat. Kitab ini diajarkan oleh Nyi Enong (Putri KH. Mas Abdurohman), dan Nyi Kulsum (besan). Bahkan siswa MA pun membacanya di madrasah di depan guru yaitu Nyi Aisyah (Nyi Ciot, Pasir Waru). (wawancara HM. Mahfudz, Hj. Maemanah, Hj. Munjiah)